Tentang IVF​ (In Vitro Fertilization)​

Tahapan Awal Program IVF

Konsultasi Awal dan Pemeriksaan Pra-IVF

Tujuan: Memastikan kesiapan pasangan, baik dari segi fisik maupun psikologis.
Langkah-langkah:
- Konsultasi mendalam mengenai riwayat kesehatan pasangan, termasuk riwayat medis, ginekologi, dan riwayat reproduksi.
- Pemeriksaan kesuburan pada kedua pasangan, meliputi:
- Pada wanita: USG rahim dan ovarium, tes hormon (seperti AMH dan FSH), dan tes darah.
- Pada pria: Analisis sperma untuk menilai kualitas dan kuantitas sperma.

Setelah pemeriksaan awal, jika kondisi kesehatan mendukung, dokter akan membuat rencana IVF. Namun, beberapa pasangan mungkin memerlukan terapi tambahan sebelum IVF

Ya, usia mempengaruhi kualitas sel telur, terutama pada wanita. Semakin bertambah usia wanita, maka kuantitas dan kualitas sel telur akan menurun. Sehingga disarankan untuk melakukan Program IVF sedini mungkin bila hasil pemeriksaan sudah menunjang dan dokter telah menyarankan.

Ya, beberapa kondisi seperti masalah kesehatan serius pada jantung, penyakit autoimun tertentu, dan gangguan pada rahim yang berat dapat memengaruhi keamanan atau keberhasilan IVF. Dokter akan mengevaluasi kondisi kesehatan pasien sebelum membuat keputusan.

Tingkat keberhasilan IVF rata-rata adalah sekitar 50-70% untuk wanita di bawah 35 tahun (source data: Morula IVF Jakarta th 2024), dan menurun seiring bertambahnya usia. Faktor-faktor seperti kondisi kesehatan, kualitas sel telur, sperma, dan embrio juga memengaruhi hasilnya.

Jika semua pemeriksaan awal berjalan lancar dan hasilnya baik, pasien bisa memulai dalam 1-2 bulan. Namun, jika ada masalah medis yang perlu ditangani terlebih dahulu, bisa memakan waktu lebih lama

Ya, biasanya pasangan diminta berpantang sekitar 2–5 hari sebelum tes agar hasil analisis sperma akurat.

Stimulasi Ovarium

Tujuan: Merangsang ovarium untuk menghasilkan lebih banyak sel telur.
Langkah-langkah:
- Pemberian hormon (injeksi FSH atau LH) setiap hari selama 10–14 hari.
- Pemantauan melalui USG dan tes darah secara rutin untuk menilai pertumbuhan folikel.

Efek samping yang umum meliputi nyeri atau bengkak di area suntikan, kembung, nyeri payudara, sakit kepala dan/atau perubahan suasana hati. Namun, efek samping ini umumnya bersifat sementara. Efek samping lainnya namun jarang terjadi, adalah sindrom hiperstimulasi ovarium bisa terjadi pada kasus yang sangat jarang.

Idealnya, ovarium menghasilkan antara 6 hingga 18 sel telur untuk meningkatkan peluang pembuahan dan pembentukan embrio yang sehat (euploid). Untuk mendapatkan 1 embrio yang sehat, dibutuhkan 6 sel telur pada usia < 35 tahun, 15 sel telur pada usia 39-40 tahun dan 18 sel telur untuk usia 41-43 tahun.

Sebagian besar aktivitas sehari-hari bisa dilakukan, tetapi disarankan untuk menghindari olahraga berat atau aktivitas yang terlalu melelahkan untuk menghindari risiko torsio ovarium.

Pasien disarankan untuk mengonsumsi makanan sehat, hindari alkohol, rokok, dan kafein berlebihan, karena hal ini bisa memengaruhi hasil IVF. Tidur yang cukup juga sangat penting.

Penting untuk mengikuti jadwal suntikan dengan ketat. Jika terlambat, segera beri tahu dokter atau klinik untuk menentukan langkah berikutnya. Kadang-kadang, suntikan bisa disesuaikan agar tidak mengganggu jadwal IVF.

Jika jumlah sel telur yang dihasilkan sedikit, dokter mungkin menyarankan perubahan protokol stimulasi atau bahkan merekomendasikan siklus tambahan. Atau bila diperlukan bisa diberikan terapi lain sebelum memulai program seperti pemberian Adjuvant atau Akupunktur.

PRP Ovarium adalah teknologi medis yang digunakan dalam bidang ginekologi untuk membantu meningkatkan kualitas telur pada wanita yang mengalami masalah kesuburan. Teknologi ini melibatkan pengambilan darah pasien dan memisahkan plasma darah yang kaya akan platelet. Platelet yang terkandung dalam plasma tersebut mengandung faktor pertumbuhan yang dapat membantu merangsang pertumbuhan sel-sel telur. Prosedur ini dilakukan anastesi ringan seperti pada saat pengambilan sel telur/OPU.

Setelah dipisahkan, platelet yang kaya akan faktor pertumbuhan tersebut kemudian disuntikkan kembali ke dalam ovarium pasien. Proses ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas telur dan meningkatkan kemungkinan terjadinya pembuahan pada saat ovulasi.

Prosedur PRP ovarium adalah bedah minor serupa dengan Tindakan Petik telur dimana prosedur tersebut dilakukan dalam keadaan anestesi/sedasi sehingga rasa sakit minimal atau tidak ada sama sekali.

Pengambilan Sel Telur (Ovum Pick-Up)

Tujuan: Mengambil sel telur yang matang dari ovarium. Langkah-langkah: - Pasien diberikan anastesi ringan sebelum prosedur. - Dokter akan menggunakan jarum halus melalui dinding vagina ke ovarium untuk mengambil sel telur yang sudah matang.

Prosedur ini biasanya dilakukan dengan anastesi ringan, sehingga umumnya tidak terasa sakit. Beberapa wanita mungkin merasa kram ringan setelah prosedur.

Prosesnya biasanya berlangsung sekitar 20-30 menit.

Ya, disarankan untuk didampingi oleh pasangan atau keluarga karena efek anastesi bisa membuat pasien merasa pusing atau lelah. Istirahat setelah prosedur ini juga penting.

Sedikit bercak darah setelah prosedur adalah hal yang normal dan biasanya hilang dalam beberapa hari. Jika perdarahan berlebihan atau disertai nyeri hebat, segera hubungi dokter.

Sebagian besar pasien pulih dalam 1-2 hari. Istirahat ringan direkomendasikan, dan pasien bisa kembali ke aktivitas ringan setelah merasa nyaman.

Fertilisasi dan Pembentukan Embrio (Kultur Embrio)

Tujuan: Menggabungkan sel telur dengan sperma di laboratorium untuk membentuk embrio. Langkah-langkah: - Sel telur yang diambil akan dikombinasikan dengan sperma pasangan atau donor di laboratorium. - Embrio yang terbentuk akan dipantau selama 3-5 hari.

Tidak semua sel telur akan berhasil dibuahi. Tingkat keberhasilan tergantung pada kualitas sel telur dan sperma.

Ya, embrio yang berkualitas bagus bisa dibekukan untuk digunakan pada program kehamilan selanjutnya jika diperlukan.

Jika tidak ada sel telur yang berhasil dibuahi, dokter akan menganalisis penyebabnya da. Bisa jadi terkait kualitas sel telur atau sperma. Dokter dan embryolog akan menambahkan treatment lainnya untuk meningkatkan angka keberhasilan. Pasangan dapat mendiskusikan kemungkinan percobaan ulang.

Sesuai peraturan di Indonesia, pemilihan jenis kelamin anak hanya diperbolehkan dengan tujuan untuk menghindari penyakit genetik yang berhubungan dengan jenis kelamin.

Embrio yang dibekukan secara medis dapat bertahan selama bertahun-tahun. Banyak negara mengizinkan penyimpanan selama 5-10 tahun, tergantung peraturan setempat. Di Morula IVF Indonesia bisa simpan embrio hingga 10 tahun.

Kualitas embrio dipengaruhi oleh kualitas sel telur dan sperma, kondisi rahim, serta faktor genetik. Gaya hidup, pola makan, dan kesehatan secara keseluruhan juga dapat memainkan peran penting.

Transfer Embrio

Tujuan: Memindahkan embrio ke dalam rahim agar terjadi implantasi dan berkembang menjadi kehamilan. Langkah-langkah: - Embrio yang sudah siap akan dimasukkan ke dalam rahim menggunakan kateter halus melalui leher rahim. - Proses ini tidak memerlukan anastesi dan biasanya tidak menyakitkan.

Dianjurkan untuk beristirahat sejenak setelah prosedur. Namun, aktivitas ringan biasanya aman dilakukan.

Umumnya, satu atau dua embrio ditransfer untuk mengurangi risiko kehamilan ganda. Namun, jumlahnya tergantung pada kondisi kesehatan dan saran dokter.

Tanda awal implantasi bisa mirip dengan gejala awal kehamilan seperti nyeri ringan atau bercak darah, tetapi tes darah HCG adalah cara pasti untuk mengetahui apakah embrio berhasil menempel.

Tidak ada bukti bahwa posisi tidur atau gerakan tertentu memengaruhi implantasi. Namun, disarankan untuk menghindari aktivitas berat dan stres setelah transfer embrio.

Kecemasan adalah hal yang wajar. Pasangan bisa berbicara dengan konselor atau bergabung dengan komunitas dukungan IVF untuk membantu mengelola perasaan selama proses ini.

Tindak Lanjut dan Tes Kehamilan

Tujuan: Menilai apakah embrio berhasil menempel di rahim dan menghasilkan kehamilan. Langkah-langkah: - Setelah sekitar 10–14 hari pasca-transfer embrio, pasien akan menjalani tes darah untuk mendeteksi kehamilan. - Pemeriksaan lanjutan akan dilakukan untuk memastikan perkembangan kehamilan.

Tes kehamilan dilakukan sekitar 11–13 hari setelah transfer embrio.

Jika hasilnya negatif, dokter akan berdiskusi mengenai pilihan lain, termasuk mencoba siklus IVF kembali atau opsi lain yang sesuai.

Tes HCG adalah tes yang sangat akurat untuk mendeteksi kehamilan. Namun, pada beberapa kasus, tes perlu diulang setelah beberapa hari untuk memastikan hasilnya.

Ya, seringkali dokter akan melanjutkan pemberian hormon seperti progesteron selama beberapa minggu untuk mendukung perkembangan awal kehamilan hingga plasenta terbentuk dengan sempurna.

Biasanya dokter akan memberikan saran spesifik berdasarkan kondisi pasien. Pada tahap awal kehamilan IVF, disarankan untuk menghindari aktivitas yang dapat memicu kontraksi rahim hingga kehamilan lebih stabil.